Popular Posts

Monday, December 1, 2008

Keterampilan Menulis (Writing Skill)

Menulis yang Memberdayakan

Menulis bukan kegiatan enteng. Tentang hal ini, semua orang yang pernah mencicipi kegiatan menulis pastilah tahu. Namun, tidak semua orang tahu bahwa ada cara yang nyaman dan mengasyikkan sekaligus memberdayakan dalam membangkitkan potensi menulis. Cara-cara menulis tersebut dapat menjadikan seseorang—yang ingin mencicipi kegiatan menulis—tiba-tiba “kaget” dengan apa yang terjadi dengan dirinya.

Sebelum menginjak ke cara-cara menulis yang memberdayakan tersebut, alangkah baiknya jika kita memahami lebih dahulu apa sesungguhnya yang dimaksud dengan kata “memberdayakan”. Kata ini berasal dari kata dasar “daya” yang berarti “kemampuan melakukan sesuatu atau kemampuan bertindak”. “Berdaya” adalah “berkemampuan atau memiliki cara untuk mengatasi sesuatu”.

Menulis yang memberdayakan adalah menulis yang membuat seseorang yang menjalankan kegiatan menulis dapat mengatasi setiap persoalan yang muncul ketika dirinya sedang menulis. “Tidak ada seorang pun dapat diberdayakan oleh orang lain; individu-individu harus memberdayakan diri mereka sendiri,” tulis David Clutterbuck dalam The Power of Empowerment. Menulis yang memberdayakan akan membekali setiap individu untuk mengatasi persoalan menulis yang dialaminya.

Pertama, setiap individu yang berkeinginan menulis, pastilah akan menjadi berdaya menulis jika dia memahami bahwa menulis itu sebuah keterampilan (skill). Menulis dapat dikatakan hampir setara dengan menari, memasak, berenang, dan semacamnya. Untuk menjadi berdaya menulis, seseorang harus membiasakan diri berlatih menulis. Tanpa berlatih menulis, mustahil seseorang dapat nyaman dan asyik menulis.

Pesan Elizabeth Winthrop berikut ini layak kita jadikan acuan, “Kalau Anda ingin menjadi penari profesional, tentu Anda harus berlatih setiap hari. Kalau Anda ingin bermain sepakbola di divisi utama, Anda pun harus latihan menendang dan menggiring bola ratusan kali. Menulis memerlukan hal yang sama. Anda perlu berlatih, artinya Anda harus terus menulis dan membaca.”

Kedua, menulis adalah ”bermain” dengan kata-kata. Kata-kata itu digunakan seorang penulis untuk menjadi sarana mengungkapkan pikiran dan gagasannya. Pikiran dan gagasan adalah sesuatu yang abstrak yang kadang sangat rumit untuk dapat dipahami oleh orang lain. Bahkan si pemilik pikiran dan gagasan sendiri kadang belum memahami benar apa yang dipikirkan dan digagasnya. Hanya, setelah pikiran dan gagasan itu dituliskan, barulah jelas benar hal-hal yang semula abstrak itu.

Jadi, betapa pentingnya seorang penulis memiliki stok kata-kata yang sangat banyak dan sangat bervariasi. Untuk dapat memiliki banyak sekali kata, seorang penulis hanya punya satu cara, yaitu membaca. Jadi, jika ingin menjalani kegiatan menulis yang memberdayakan, seseorang perlu menyukai kegiatan membaca. Semakin banyak buku yang dibaca, semakin mudah menjalankan kegiatan menulis. Dan semakin bervariasi buku yang dibaca, semakin kaya tulisan yang akan dihasilkannya.




Copyright © 2007 Mizan Publishing House
Edisi 1 Desember 2008

0 comments:

 


  © Blogger templates 4Kolom by abdi-husairi.blogspot.com 2009

Back to TOP